MAKALAH
PSIKOLOGI
ANALISIS KASUS DENGAN TEORI KEPRIBADIAN
Disusun
Oleh:
Nama
: Nur Hermiyati
NIM
: 1602055072
Prodi
: Ilmu Kmunikasi
UNIVERSITAS
MULAWARMAN, FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK, PROGRAM STUDY ILMU KOMUIKASI
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………2
BAB I PENDAHULUAN………………………………..……………………………..…………………………………….3
Latar
Belakang……..………………………………………………………………………………………………….3
BAB II
TEORI
KEPRIBADIAN…………………………..………………………………………..…………………….…………4
BAB III
STUDY
KASUS ………….................................................................................................................................................13
BAB
IV ANALISA KASUS…………………………………………………………………………………………………...14
BAB V SARAN……………………………………………………………………………………………………………………………..15
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………………15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Masa remaja merupakan masa dimana
seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan
mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh
dengan masalah-masalah (Hurlock, 1998). Oleh karenanya, remaja sangat rentan
sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang
timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial.
Faktor utama masalahnya adalah
kurangnya pemahaman masyarakat saat ini terhadap batas-batas pergaulan antara
pria dan wanita. Disamping itu didukung oleh arus modernisasi yang telah
mengglobal dan lemahnya benteng keimanan kita mengakibatkan masuknya budaya
asing tanpa penyeleksian yang ketat.
Kasus-kasus mengenai sex bebas sudah sangat
tidak asing kita temukan. Akibat kurangnya pemahaman mengenai hal
batasan-batasan hubungan antara pria dan wanita menyebabkan kasus seperti yag
akan saya bahas ini terjadi. Faktor lingkungan terhadap pola prilaku masyarakat
juga sangat berpengaruh sebagai salah satu alasan orang tertentu besikap.
BAB II
TEORI KEPRIBADIAN
1.
Pengertian
psikologi kepribadian
Kata personality dalam bahasa Inggris
berasal dari bahasa Yunani kuno prosopon atau persona, yang artinya ‘topeng’
yang biasa dipakai artis dalam theater. Para artis itu bertingkah laku sesuai
dengan ekspresi topeng yang dipakainya, seolah-olah topeng itu mewakili ciri
kepribadian tertentu. Jadi konsep awal pengertian personality (pada masyarakat
awam) adalah tingkah laku yang ditampakkan ke lingkungan sosial- kesan mengenai
diri yang diinginkan agar dapat ditangkap oleh lingkungan sosial.[1]
Ada beberapa kata atau istilah yang oleh masyarakat
diperlakukan sebagai sinonim kata personality, namun ketika istilah-istilah itu
dipakai di dalam teori kepribadian diberi makna berbeda-beda. Istilah yang
berdekatan maknanya antara lain :
1.
Personality (kepribadian); penggambaran perilaku secara deskriptif
tanpa memberi nilai (devaluative)
2.
Character (karakter); penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan
nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara ekspilit maupun implisit.
3.
Disposition (watak); karakter yang telah dimiliki dan sampai
sekarang belum berubah.
4.
Temperament (temperament); kepribadian yang berkaitan erat dengan
determinan biologic atau fisiologik, disposisi hereditas.
5.
Traits (sifat); respons yang senada (sama) terhadap kelompok
stimuli yang mirip, berlangsung dalam kurun waktu yang (relatif) lama.
6.
Type-Attribute (ciri): mirip dengan sifat, namun dalam kelompok
stimulasi yang lebih terbatas.
7.
Habit (kebiasaan): respon yang sama cenderung berulang untuk
stimulus yang sama pula.
Berikut adalah
beberapa contoh definisi kepribadian:
1. Kepribadian adalah nilai sebagai stimulus sosial,
kemampuan menampilkan diri secara mengesankan (Hilgard & Marquis)
2. Kepribadian adalah kehidupan seseorang secara
keseluruhan, individual, unik, usaha mencapai tujuan, kemampuannya bertahan dan
membuka diri, kemampuan memperoleh pengalaman (Stern)
3. Kepribadian adalah organisasi dinamik dalam sistem
psikofisiologik seorang yang menentukan model penyesuaiannya yang unik dengan
lingkungannya (Allport)
4. Kepribadian adalah pola trait-trait yang unik dari
seseorang (Guilford)
5. Kepribadian adalah seluruh karakteristik seseorang atau
sifat umum banyak orang yang mengakibatkan pola yang menetap dalam merespon
suatu situasi (Pervin)
6. Kepribadian adalah seperangkat karakteristik dan
kecenderungan yang stabil, yang menentukan keumuman dan perbedaan tingkah laku
psikologik (berpikir, merasa, dan gerakan) dari seseorang dalam waktu yang
panjang dan tidak dapat dipahami secara sederhana sebagai hasil dari tekanan
sosial dan tekanan biologic saat itu (Mandy atau Burt)
7. Kepribadian adalah suatu lembaga yang mengatur organ
tubuh, yang sejak lahir sampai mati tidak pernah berhenti terlibat dalam
pengubahan kegiatan fungsional (Murray)
8. Kepribadian adalah pola khas dari fikiran, perasaan, dan
tingkah laku yang membedakan orang satu dengan yang lain dan tidak berubah
lintas waktu dan situasi (Phares)
2. Beberapa teori dalam psikologi
kepribadian
1)
Psikoanalisis Klasik (SIGMUD FREUD 1856-1939)
Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga
tingkat kesadaran, yakni sadar (Conscious), pra sadar (Preconscious), dan tidak
sadar (Unconscious). Alam sadar adalah apa yang anda sadari pada saat tertentu,
penginderaan langsung, ingatan, persepsi, pemikiran, fantasy, perasaan yang
anda miliki. Terkait erat dengan alam sadar ini adalah apa yang dinamakan Freud
dengan alam pra sadar, yaitu apa yang kita sebut dengan saat ini dengan ‘kenangan
yang sudah tersedia’ (available memory), yaitu segala sesuatu yang dengan mudah
dapat di panggil ke alam sadar, kenangan-kenangan yang walakupun tidak anda
ingat waktu berpikir, tapi dapat mudah dengan mudah dipanggil lagi. Adapun
bagian terbesar adalah alam bawah sadar (Unconscious mind).
Bagian ini mencakup segala sesuatu yang sangat
sulit dibawa ke alam bawah sadar, seperti nafsu dan insting kita serta segala
sesuatu yang masuk ke situ karena kita tidak mampu menjangkaunya, seperti
kenangan atau emosi-emosi yang terkaitdengan trauma.[3]
Id (Is
[Latin], atau es [Jerman])
Id adalah kepribadian yang dibawa sejak lahir. Dari Id ini
akan muncul ego dan super-ego. Saat dilahirkan, Id berisi semua aspek
psikologis yang diturunkan, seperti insting, impuls dan drive. Id berada dan
beroperasi dalam daerah unconscious, mewakili subyektifitas yang tidak pernah
disadari sepanjang usia. Id berhubungan erat dengan proses fisik untuk
mendapatkan enerji psikis yang digunakan untuk mengoperasikan sistem dari
struktur kepribadian lainnya.
Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure
principle), yaitu : berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit.
Bagi Id, kenikmatan adalah keadaan yang relatif inaktif atau tingkat energi
yang rendah, dan rasa sakit adalah tegangan atau peningkatan energi yang
mendambakan kepuasan.pleasure principle diproses dengan du acara, tindak
refleks (refllex actions) dan proses primer (primary process). Tindak refleks
adalah reaksi otomatis yang dibawa sejak lahir seperti mengejabkan mata-dipakai
untuk menangani kepuasan rangsang sederhana dan biasanya dapat segera
dilakukan.
Proses primer adalah
reaksi membayangkan/ mengkhayal sesuatu yang dapat mengurangi atau
menghilangkan tegangan-dipakai untuk menangani stimulus kompleks, seperti bayi
yang lapar membayangkan makanan atau punting ibunya.
Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan
khayalan itu dengan kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan. Id tidak
mampu membedakan yang benar dan yang salah, tidak tahu moral. Jadi harus
dikembangkan jalan memperoleh khayalan itu secara nyata, yang memberikan
kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru khususnya masalah moral. Alasan ini
lah yang kemudian membuat Id memunculkan ego.
The Ego
(Das Ich [Jerman]),
ego berkembang dari
Id agar orang mampu menangani realitas; sehingga ego beroperasi mengikuti
prinsip realita (reality principle); usaha memperoleh kepuasan yang dituntut Id
dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan sampai
ditemukan obyek yang nyata-nyata dapat memuaskan kebutuhan.
Ego adalah eksekutif (pelaksana) dari kepribadian, yang
memiliki dua tugas utama; pertama, memilih stimulasi mana yang hendak direspon
dan atau insting mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan.
Kedua, menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan
tersedianya peluang yang resikonya minimal. Dengan kata lain, ego sebagai
eksekutif kepribadian berusaha memenuhi kebutuhan Id sekaligus juga memenuhi
kebutuhan moral dan kebutuhan perkembangan-mencapai-kesempurnaan dari superego.
Ego sesungguhnya bekerja untuk memuaskan Id, karena itu ego yang tidak memiliki
enerji sendiri untuk akan memperoleh enerji dari Id.
The
Superego (Das Ueber Ich[Jerman]),
Adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang
beroperasi memakai prinsip idealistic (idealistic principle) sebagai lawan dari
prinsip kepuasan Id dan prinsip realistik dari ego. Superego berkembang dari
ego, dan seperti ego dia tidak mempunyai enerji sendiri. Sama dengan ego,
superego beroperasi di tiga daerah kesadaran. Namun berbeda dengan ego, dia
tidak mempunyai kontak dengan dunia luar (sama dengan Id) sehingga kebutuhan
kesempurnaan yang dijangkaunya tidak realistik (Id tidak realistik dalam
memperjuangkan kenikmatan).
Superego
pada hakekatnya merupakan elemen yang mewakili nilai-nilai orang tua atau
interpretasi orang tua menangani standart sosial, yang diajarkan kepada anak
melalui berbagai larangan dan perintah. Apapun tingkah laku yang dilarang,
dianggap salah, dan dihukum oleh orang tua, akan diterima menjadi suara hati
(conscience), yang berisi apa saja yang tidak boleh dilakukan. Apapun yang
disetujui, dihadiahi dan dipuji orang tua akan diterima menjadi standar
kesempurnaan atau ego idea, yang berisi apa saja yang seharusnya dilakukan.
Proses pengembangan konsensia dan ego ideal, yang berarti menerima standar
salah dan benar itu disebut introyeksi (introjection). Sesudah menjadi
introyeksi, kontrol pribadi akan mengganti kontrol orang tua.
Superego bersifat nonrasional dalam menuntut kesempurnaan,
menghukum dengan kesalahan ego, baik yang telah dilakukan maupun baru dalam
fikiran. Paling tidak ada 3 fungsi dari superego; (1) mendorong ego
menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan-tujuan moralistic, (2)
memerintah impuls Id, terutama impuls seksual dan agresif yang bertentangan
dengan standart nilai masyarakat, dan (3) mengejar kesempurnaan.[4]
2).
Theori Pengaruh Genetik Terhadap Kepribadian
Pada masa konsepsi, seluruh bawaan
hereditas individu dibentuk dari 23 kromosom dari ibu, dan 23 kromosom dari
ayah. Dalam 46 kromosom tersebut terdapat beribu-ribu gen yang mengandung sifat
fisik dan psikis individu atau yang menentukan potensi-potensi hereditasnya. Dalam hal ini, tidak ada
seorang pun yang mampu menambah atau mengurangi potensi hereditas tersebut.
Pengaruh gen terhadap kepribadian,
sebenarnya tidak secara langsung, karena yang dipengaruhi gen secara tidak
secara langsung adalah (1) kualitas sistem syaraf, (2) keseimbangan biokoimia
tubuh, dan (3) struktur tubuh.
Lebih lanjut dapat dikemukakan, bahwa
fungsi hereditas dalam kaitannya dengan perkembangan kepribadian adalah (1)
sebagai sumber bahan mentah kepribadian seperti fisik, intelegensi, dan
temperamen (2) membatasi perkembangan kepribadian dan mempengaruhi keunikan
kepribadian.
Dalam kaitan ini Cattel dkk.,
mengemukakan bahwa “kemampuan belajar dan penyesuaian diri individu dibatasi
oleh sifat-sifat yang inheren dalam organisme individu itu sendiri”. Misalnya
kapasitas fisik (perawakan, energy, kekuatan, dan kemenarikannya), dan
kapasitas intelegtual (cerdas, normal, atau terbelakang). Meskipun begitu
batas-batas perkembangan kepribadian, bagaimanapun lebih besar dipengaruhi oleh
faktor lingkungan.
Contohnya: seorang anak laki-laki yang
tubuhnya kurus, mungkin akan mengembangkan “self
concept” yang tidak nyaman, jika dia
berkembang dalam kehidupan sosial
yang sangat menghargai nilai-nilai keberhasilan atletik, dan merendahkan
keberhasilan dalam bidang lain yang diperolehnya. Sama halnya dengan wanita
yang wajahnya kurang, dia akan merasa rendah diri apabila berada dalam
lingkungan yang sangat menghargai wanita dari segi kecantikan fisiknya.
Ilustrasi diatas menunjukkan, bahwa
hereditas sangat mempengaruhi “konsep diri” individu sebagai dasar sebagai
individualitasnya, sehingga tidak ada orang
yang mempunyai pola-pola kepribadian yang sama, meskipun kembar identik.
Menurut C.S. Hall, dimensi-dimensi
temperamen : emosionalitas, aktivitas, agresivitas, dan reaktivitas bersumber dari plasma benih (gen)
demikian halnya dengan intelegensi.
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh
hereditas terhadap kepribadian, telah banyak para ahli yang melakukan
penelitian dengan menggunakan metode-metode tertentu. Dalam kaitan ini, Pervin
(1970) mengemukakan penelitian-penelitian tersebut.
a. Metode Sejarah (Riwayat) Keluarga
Galton (1870) telah mencoba meneliti
kegeniusan yang dikaitkan dengan sejarah keluarga. Temuan penelitiannya
manunjukkan bahwa kegeniusan
itu berkaitan erat dengan keluarga. Temuan ini bukti yang mendukung teori
hereditas tentang kegeniusan individu.
b. Metode Selektivitas Keturunan
Tryon (1940) menggunakan pendekatan ini
dengan memilih tikus-tikus yang pintar, cerdas “bright”, dengan yang bodoh “dull”.
Ketika tikus-tikus dari kedua kelompok tersebut dikawinkan, ternyata
keturunannya mempunyai tingkat kecerdasan yang berdistribusi normal.
Newman, Freeman, dan Halzinger (1937)
telah meneliti kontribusi hereditas yang sama terhadap tinggi dan berat badan,
kecerdasan dan kepribadian. Mereka menempatkan 19 c.
Penelitian terhadap Anak Kembar
pasangan kembar identik dalam
pemeliharaan yang terpisah, 50 pasangan kembar identik dalam pemeliharaan yang
sama, dan 50 pasangan kembar “fraternal” dalam
pemeliharaan yang sama juga.
Hasilnya menunjukkan bahwa kembar
identik yang dipelihara terpisah memiliki kesamaan satu sama lainnya dalam
tinggi dan berat badan, serta kecerdasannya. Demikian juga kembar identik yang
dipelihara bersama-sama, ternyata lebih mempunyai kesamaan dari pada kembar “faternal”
d. Keragaman Konstitusi (Postur) Tubuh
Hippocrates menyakini bahwa temperamen
manusia dapat dijelaskan bardasarkan
cairan-cairan tubuhnya. Kretsvhmer telah mengklasifikasikan postur tubuh
individu pada tiga tipe utama, dan satu tipe campuran. Pengklasifikasian ini
didasarkan pada penelitiannya terhadap 260 orang yang dirawatnya. Berikut ini
adalah tipe pengklasifian tubuh menurut Kretschmer.
1) Tipe
Piknis (Stenis): pendek, gemuk, perut
besar, dada dan bahunya bulat.
2) Tipe
Asthenis (Leptoshom): tinggi dan
ramping, perut kecil, dan bahu sempit.
3) Tipe
Atletis: postur tubuhnya harmonis
(tegap, bahu lebar, perut kuat, otot kuat).
4) Tipe
Displastis: tipe penyimpangan dari
tiga bentuk di atas.
Tipe-tipe ini berkaitan dengan: (1)
gangguan mental, seperti tipe piknis berhubungan dengan manik depresif, dan
asthenis. (2) karaktritis individu yang normal, seperti tipe piknis mempunyai
sifat-sifat bersahabat dan tenang, sedangkan asthenis bersifat serius, tenang dan senang
menyendiri
2).
Theori Pengaruh Lingkungn Terhadap Kepribadian
A.
Pengaruh
Orang tua
Ayah
dan ibu merupakan teladan pertama bagi pembentukan kepribadian anak dalam
lingkungan keluarga. Keyakinan dan perilaku dari kedua orangtua dengan
sendirinya juga merupakan pengaruh yang sangat dalam terhadap pemikiran dan
perilaku anak. Keluarga berperan sebagai faktor pelaksana dalam mewujudkan
nilai-nilai, keyakinan, dan presepsi budaya dalam masyarakat. Peran keluarga
dalam memujudkan kepribadian anak antara lain :
1. Kedua orangtua harus mencintai dan menyayangi
anak-anaknya. Ketika anak-anak mendapatkan cinta serta kasih sayang dari
orangtuanya, maka pada saat mereka berada diluar lngkungan rumah dan menghadapi
masalah yang baru mereka akan bisa menghadapi dan menyelesaikan dengan baik.
Sebaliknya, jika kedua orangtua terlalu ikut campur dalam urusan anak-anaknya,
maka perilaku mereka sendiri yang akan menjadi penghalang bagi kesempurnaan
keribadian anaknya.
2. Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah
dan menyiapkan ketenangan jiwa anak-anaknya. Karena hal ini menyebabkan
pertumbuhan potensi dan kreativitas akal dari anak-anaknya yang pada akhirnya
keinginan dan kemauan dari mereka menjadi kuat dan hendaknya mereka diberi hak
pilih dalam setiap keadaan.
3. Saling menghormati dan menghargai antara kedua orang tua
dan anak juga diperlukan. Hormat disini bukanlah sikap sopan secara lahir akan
tetapi selain ketegasan kedua orang tua, mereka harus memperhatikan keinginan
dan permintaan alami dan fitri dari anak-anak. Saling menghormati artinya
dengan mengurangi kritik serta pembicaraan negatif berkaitan dengan kepribadian
dan perilaku mereka serta menciptakan iklim kasih sayang dan keakraban. Kedua
orangtua juga harus bersikap tegas agar dapat menghormati sesamanya.
4. Mewujudkan kepercayaan, menghargai, dan memberikan
kepercayaan terhadap anak berarti memberikan penghargaan dan kelayakan terhadap
mereka, karena hal ini akan menjadikan mereka maju dan berusaha serta berani
dalam bersikap.
5. Mengadakan perkumpulan dan musyawarah antara orang tua
dan anak. Dengan melihat keingintahuan fitrah dan kebutuhan jiwa anak, mereka
selalu ingin tahu tentang dirinya sendiri. Tugas kedua orangtua yaitu
memberikan informasi tentang susunan badan dan perubahan serta pertubuhan dari
anak-anaknya terhadap mereka. Selain itu kedua orangtua juga harus mengenalkan
kepada anak-anaknya mengenai masalah keyakinan, akhlak, dan hukum-hukum fikih
serta kehidupan manusia.
6. Sumber persahabatan atau teman bermain bagi anak,
sehingga anak dapat menemukan pribadi atau jati dirinya melalui ilmu-ilmu yang
telah diberikan oleh kedua orang tuanya melalui persahabatan akrab antar
keduanya.
B.
Pengaruh
Teman sebaya
Menurut John W Santrock kelompok sebaya ialah anak-anak atau
remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama yang
saling berinteraksi dengan kawan-kawan sebaya yang berusia sama dan memiliki
peran yang unik dalam budaya atau kebiasaannya.
Percepatan perkembangan pada masa remaja berhubungan dengan
pematangan seksual yang akhirnya mengakibatkan suatu perubahan dalam
perkembangan sosial. Sebelum memasuki masa remaja biasanya seorang anak sudah
mampu menjalankan hubungan yang erat dengan teman sebayanya. Seiring dengan hal
itu juga timbul kelompok anak-anak yang bermain bersama atau membuat rencana
bersama. Sifat yang khas pada kelompok anak sebelum masa remaja adalah bahwa
kelompok tadi terdiri dari jenis kelamin yang sama. Persamaan kelamin yang sama
ini dapat membantu timbulnya identitas jenis kelamin dan juga berhubungan
dengan perasaan identifikasi untuk mempersiapkan pengalaman identitasnya.
Sedangkan pada masa remaja ini, anak sudah mulai berani untuk melakukan
kegiatan dengan lawan jenisnya dalam berbagai macam kegiatan.Selama tahun
pertama masa remaja, seorang anak remaja cenderung memiliki keanggotaan yang
lebih luas. Dengan kata lain, tetangga atau teman-temannya seringkali menjadi
anggota kelompoknya. Biasanya kelompoknya lebih hiterogen daripada berkelompok
dengan teman sebayanya. Misalnya kelompok teman sebaya pada masa remaja
cenderung memiliki suatu campuran individu-individu dari berbagai kelompok.
Interaksi yang semakin intens menyebabkan kelompok bertambah kohesif. Dalam
kelompok dengan kohesif yang kuat maka akan berkembanglah iklim dan norma-norma
tertentu. Namun hal ini berbahaya bagi pembentukan identitas dirinya. Karena
pada masa ini, dia lebih mementingkan perannya sebagai anggota kelompok
daripada pola pribadinya. Tetapi terkadang adanya paksaan dari norma kelompok
membuatnyua sulit untuk membentuk keyakinan diri.
3).
Pengaruh Budaya Terhadap Kepribadian
Budaya
merupakan salah satu unsur dasar dalam kehidupan social. Budaya mempunyai
peranan penting dalam membentuk pola berpikir dan pola pergaulan dalam
masyarakat, yang berarti juga membentuk kepribadian dan pola piker masyarakat
tertentu. Budaya mencakup perbuatan atau aktivitas sehari-hari yang dilakukan
oleh suatu individu maupun masyarakat, pola berpikir mereka, kepercayaan, dan
ideology yang mereka anut.
Tentu
saja pada kenyataannya budaya antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya
berbeda, terlepas dari perbedaan karakter masing-masing kelompok masyarakat
ataupun kebiasaan mereka. Realitas yang multi budaya ini dapat kita jumpai di
negara-negara dengan komposisi penduduk yang terdiri dari berbagai etnis,
seperti Indonesia, Uni Soviet (sekarang, Rusia), Yugoslavia (sekarang terpecah
menjadi beberapa Negara) dan lain-lainnya. Kondisi Negara dengan komposisi
multi budaya rentan terhadap konflik dan kesenjangan social. Memang banyak
factor yang menyebabkan terjadinya berbagai konflik tersebut, akan tetapi
sebagai salah satu unsur dasar dalam kehidupan social, budaya mempunyai peranan
besar dalam memicu konflik.
BAB III
STUDY
KASUS
“SEORANG
MANTAN KAKAK IPAR MENCABULI ADIK
IPARNYA
YANG MASIH DI BAWA UMUR”
Kasus ini terjadi pada jum’at 30 Maret 2017
di Balikpapan. Seorang kakak ipar bersetubuh dengan mantan adik iparnya yang
masih berusia 16 tahun dan tengah duduk di bangku sekolah menengah petama kelas
IX. Pada awalnya, adik iparnya tersebut kabur dari rumah dan tidak ada yang tau
kemana. Sang kakak menuduh mantan suaminya tersebut yang telah menyembunyikan
adiknya, tapi di bantah oleh pria atas nama hamka tersebut. Tak lama kemudian
mantan adik iparnya dengan inisia SV itu menelfon Hamka dan memintanya untuk
menjemputnya. SV mengaku takut kepada kakanya karna seringali dipukuli dan di
siksa oleh kakaknya tersebut. Usai menjemput Hamla mengaku ingin mengantarkan
SV pulang kerumah tapi SV menolak dan meminta untuk tidur di hotel saja.
Rupanya Hamka dan SV telah saling menyukai
sejak mereka masih tinggal serumah dan masih berstatus sebagai saudara ipar.
Bahkan, Hamka dan istrinya bercerai juga karna alasan tersebut. Pada peristiwa
tersebut SV merelakan diri untuk disetubuhi Tapi Hamka terken sanksi hukuman
hingga 5 tahun penjara karna status SV masih di bawa umur.
BAB IV
ANALISA KASUS MENGGUNAKAN TEORI KEPRIBADIAN
Analisa mengenai kasus ini berhubungan
dengan Faktor-faktor yang menjadi penyebab hal tersbut terjadi dia antaranya
mengenai teori faktor lingkungan terhadap kepribadian antara lain :
A.
Pengaruh
Orang tua terhadap kepribadian
Ayah dan ibu serta keluarga merupakan teladan pertama bagi
pembentukan kepribadian anak dalam lingkungan keluarga. Keyakinan dan perilaku
dari kedua orangtua dengan sendirinya juga merupakan pengaruh yang sangat dalam
terhadap pemikiran dan perilaku anak.
Berikut hal yang menjadi penyebab
bagaimana seorang anak bersikap :
1.
Kedua orangtua harus mencintai dan
menyayangi anak-anaknya. Ketika anak-anak mendapatkan cinta serta kasih sayang
dari orangtuanya, maka pada saat mereka berada diluar lngkungan rumah dan
menghadapi masalah yang baru mereka akan bisa menghadapi dan menyelesaikan
dengan baik. Namaun ebaliknya apabila dia terus memperoleh pelajaran miral yang
tidak baik di lingkungan keluarganya, maka hal ini pula yang akan menyebabkan
seorang bersikap buruk.
Bahkan mengenai prilaku hyperseksual
juga bisa disebabkan oleh kurangnya pendidikan yang diberikan orang tua
terhadap anaknya mengenai hal tersebut.
2.
Saling menghormati dan menghargai antara
kedua orang tua dan anak juga diperlukan. Hormat disini bukanlah sikap sopan
secara lahir akan tetapi selain ketegasan kedua orang tua, mereka harus
memperhatikan keinginan dan permintaan alami dan fitri dari anak-anak.
B. Pengaruh Teman sebaya terhadap kepribadian
Sebelum memasuki masa remaja biasanya seorang anak sudah
mampu menjalankan hubungan yang erat dengan teman sebayanya. Seiring dengan hal
itu juga timbul kelompok anak-anak yang bermain bersama atau membuat rencana
bersama. Sifat yang khas pada kelompok anak sebelum masa remaja adalah bahwa kelompok
tadi terdiri dari jenis kelamin yang sama. Persamaan kelamin yang sama ini
dapat membantu timbulnya identitas jenis kelamin dan juga berhubungan dengan
perasaan identifikasi untuk mempersiapkan pengalaman identitasnya.
Sedangkan pada masa remaja ini, anak sudah mulai berani untuk
melakukan kegiatan dengan lawan jenisnya dalam berbagai macam kegiatan.Selama
tahun pertama masa remaja, seorang anak remaja cenderung memiliki keanggotaan
yang lebih luas. Dengan kata lain, tetangga atau teman-temannya seringkali
menjadi anggota kelompoknya.
Biasanya kelompoknya lebih hiterogen daripada berkelompok
dengan teman sebayanya. Misalnya kelompok teman sebaya pada masa remaja
cenderung memiliki suatu campuran individu-individu dari berbagai kelompok.
Interaksi yang semakin intens menyebabkan kelompok bertambah kohesif
Teman sebaya yang baik akan
membawa temannya kea rah yang Positif sedangkan Teman yang tidak baik akan
menjerumuskan kea rah ya g tidak baik pula.
BAB V
SARAN
Orang tua dan teman sebaya metupakan dua
faktor yang sangat mempengaruhi prilaku serta kepribadian seorang anak, maka
pembelajaran mengenai cara mendidik anak dan memilih lingkungan yang baik harus
di pelajari dan diterapkan. Agar nantinya pribadi yang baiklah yang akan muncul
dari diri seorang anak.
DAFTAR PUSTAKA
W. Sarwono,
Sarlito, Pengantar psikologi Umum, Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2010
Wade, Carol dan Carol Travis. 2007 . PSIKOLOGI . Jakarta : Penerbit Erlangga